Transparan dan Jurdil

Opini221 Dilihat

NUSA-ANTARA.CO.ID – Pada penyambutan tahun demokrasi, menjadi hal yang tak elok, jika kita semua tak transparan dan tak jurdil baik masyarakat publik maupun lokal. Tak eloknya jika kita disodorkan money politik, janji palsu dan black campaign. Yang selanjutnya akan memproduksi para pemimpin yang buruk, karena bisa saja mereka merupakan titipan oligarki, borjuis dan bodohnisme .

Hal ini menunjukkan bahwa, masyarakat harus konsisten dengan intelektualnya masing-masing untuk menentukan siapa pilihan mereka pada momentum politik 2024. Sebab, kekuasaan demokrasi dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.

Tak terlepaskan bagi generasi milenial bahwa sesungguhnya mereka adalah aset generasi masa depan bangsa, sahut demi sahut mereka harus mempersiapkan diri sejak dini baik ilmu pengetahuan maupun kekuatan pemetaan dirinya.

Seperti dalam adagium Italia “altsueno de larennzong produsent monsours; jika pikiran kita tertidur, maka yang bersorak adalah monster. Jika memilih tidak dengan pikiran maka yang menjadi pemimpin adalah monster.

Dengan begitu kita harus mempertanyakan persiapan para caleg yang ikut serta dalam konsestasi pemilu 2024, jadi apa kabar bagi para caleg? jika minim literatur, baik dari hukum, ekonomi, bahasa Inggris, Indonesia, Arab, apa lagi perihal literatur demokrasi.

Berteriak-teriak aku satu caleg, aku satu cakdes namun kurangnya literasi, itu akan menyebabkan kepemimpinan yang cenderung otoriter, monarki, tak tahu cara mengolah kebijakan dan bahkan meniadakan substansi demokrasi itu sendiri.

Saat rakyat mengritik ambisinya pasti marah dan menindas. Padahal dia datang dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat kata “Abraham Lincoln”. Mestinya pemimpin yang dipilih secara demokratis mampu memahami bahwa kritikan bagian dari kedaulatan rakyat untuk mengoreksi pemimpinnya.

Mengutip kata Kata Bethrand Russel “meski diterapkan dalam demokrasi orang yang dipilih kelak akan disalahkan”. Bahwa setiap pemimpin yang dipilih, ketika menjalankan tugasnya rakyat pasti akan mengkritiknya.

Dengan begitu, pemerintahan akan berjalan secara demokratis. Sebab demokrasi tidak sekedar memilih dalam setiap momentum tetapi juga mengawal jalannya pemerintahan selama mereka berkuasa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *