Sri Mulyani: Peran Lembaga Multilateral Melemah, Dunia Kembali ke Era Pra-Perang Dunia II

Nasional23 Dilihat

Jakarta – Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, menyatakan bahwa peran lembaga-lembaga multilateral global seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Dana Moneter Internasional (IMF), dan Bank Dunia (World Bank) saat ini semakin melemah dan tidak lagi dihormati oleh negara-negara anggota, (9/7/25).

Melemahnya peran institusi global ini, menurutnya, telah memicu ketegangan geopolitik, invasi militer, dan perang dagang yang kian intensif.

Dalam rapat kerja bersama Komite IV Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI pada Rabu (9/7), Sri Mulyani menyampaikan keprihatinannya terhadap kebijakan sepihak yang kini banyak diambil oleh negara-negara besar, khususnya Amerika Serikat, yang berpotensi merusak tatanan kerja sama internasional.

“Hari-hari ini, peranan dari lembaga-lembaga multilateral menjadi sangat lemah atau tidak dihormati. Yang terjadi adalah hampir mirip dengan sebelum Perang Dunia II, yaitu kalau negara punya tujuan dan kepentingan, dia kemudian secara sepihak bisa memaksakan kehendaknya kepada negara lain,” ungkap Sri Mulyani.

Ia merujuk pada kebijakan tarif impor tinggi yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang akan mulai berlaku pada 1 Agustus 2025. Indonesia termasuk negara yang terdampak langsung, dengan dikenakan tarif impor sebesar 32%, lebih tinggi dibandingkan tarif untuk Malaysia, Jepang, dan Korea Selatan yang hanya 25%.

Menurut Sri Mulyani, kebijakan proteksionis tersebut menambah volatilitas dan kompleksitas situasi ekonomi global. Akibatnya, berbagai lembaga internasional telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia untuk tahun ini dan tahun depan.

Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global hanya sebesar 2,8% pada 2025 dan 3% pada 2026. Sementara Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan yang lebih rendah, yaitu 2,3% pada 2025 dan 2,4% pada 2026.

“Inilah yang sedang kita hadapi. Dulu, dalam konteks global, negara-negara bekerja sama agar bersama-sama sejahtera. Namun sekarang, seolah-olah jika satu negara ingin sejahtera, negara lain harus dikorbankan,” tambahnya.

Menteri Keuangan menekankan pentingnya diplomasi ekonomi dan kerja sama regional yang lebih kuat untuk menghadapi tantangan global yang tidak menentu dan semakin didominasi oleh kepentingan sepihak.

Komentar