Puasa dalam Islam: Pengertian, Jenis, dan Ketentuan Pelaksanaannya

Pendidikan306 Dilihat

PENULIS: Nandyni Khaerunnisa (Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Palopo)

Pengertian Puasa dalam Islam

Secara etimologis, puasa atau shaum (shiyam) berasal dari kata al-Imsaku Anis Syai’i, yang berarti menahan atau mengendalikan diri dari sesuatu. Dalam praktiknya, puasa mencakup menahan diri dari makan, minum, bersetubuh, berbicara berlebihan, dan lainnya. Menurut syariat, puasa adalah menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa mulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari, semata-mata menaati perintah Allah SWT dengan niat yang tulus serta memenuhi syarat-syarat tertentu.

Pelaksanaan Puasa Ramadhan

Puasa Ramadhan dilaksanakan pada bulan Ramadhan, dimulai sejak tanggal 1 menurut kalender hijriyah, dan berlangsung selama sekitar 29 hingga 30 hari. Dalam periode ini, umat Islam diwajibkan menahan diri dari rasa lapar, haus, serta berbagai hal yang berpotensi membatalkan puasa. Waktu puasa dimulai dari fajar (imsak) hingga maghrib, saat adzan dikumandangkan.

Kedudukan Puasa sebagai Ibadah Pribadi

Puasa adalah ibadah yang bersifat sangat pribadi, hanya diketahui antara pelaku puasa dan Allah SWT. Dalam Hadits Qudsi, Rasulullah SAW bersabda: “Semua amal perbuatan anak Adam adalah untuk dirinya sendiri, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, dan Aku-lah yang akan membalasnya.” Pernyataan ini menggarisbawahi aspek kerahasiaan puasa sebagai ibadah yang bergantung pada niat tulus seorang hamba kepada Allah SWT.

Rukun dan Syarat Puasa

1. Rukun Puasa
Rukun puasa meliputi tiga hal utama:
– Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa,
– Niat,
– Pelaku puasa.

2. Syarat Puasa
– Syarat Wajib: Baligh, Islam, berakal, serta mampu secara fisik atau sesuai syariat.
– Syarat Sah: Islam, mampu membedakan baik dan buruk, tidak dalam keadaan haid atau nifas, serta tidak dalam proses melahirkan.

Jenis Puasa Berdasarkan Hukumnya

1. Puasa Wajib
Puasa wajib merupakan kewajiban bagi umat Islam, di mana pelaksananya mendapat pahala dan yang meninggalkannya mendapat dosa. Jenis-jenis puasa wajib antara lain:
– Puasa Ramadhan,
– Puasa karena nazar,
– Puasa denda atau kafarat,
– Puasa qadha.

2. Puasa Sunnah
Puasa sunnah adalah puasa yang apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala, namun tidak berdosa jika ditinggalkan. Beberapa puasa sunnah meliputi:
– Puasa Senin dan Kamis,
– Puasa enam hari pada bulan Syawal,
– Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) bagi yang tidak berhaji,
– Puasa Tarwiyah (8 Dzulhijjah) bagi yang tidak berhaji,
– Puasa Daud (berselang satu hari),
– Puasa Tasu’a (9 Muharram),
– Puasa Asyura (10 Muharram),
– Puasa Yaumul Bidh (13, 14, 15 setiap bulan),
– Puasa Nisfu Sya’ban,
– Puasa Asyhurul Hurum pada bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.

Waktu yang Dilarang untuk Puasa

Terdapat waktu-waktu tertentu dalam Islam di mana puasa dilarang, yaitu:
– Hari Raya Idul Fitri (1 Syawal),
– Hari Raya Idul Adha (10 Dzulhijjah),
– Tiga hari Tasyrik (11, 12, dan 13 Dzulhijjah),
– Hari Syak (30 Sya’ban),
– Berpuasa terus-menerus tanpa henti,
– Wanita yang sedang haid atau nifas,
– Istri yang berpuasa sunnah tanpa izin suami.

Hal-hal yang Membatalkan Puasa

Beberapa hal yang dapat membatalkan puasa antara lain:
– Makan, minum, atau memasukkan benda ke dalam tubuh dengan sengaja,
– Melakukan hubungan seksual,
– Sengaja muntah,
– Sengaja mengeluarkan air mani,
– Haid atau nifas tiba-tiba,
– Kehilangan akal (gila atau pingsan),
– Murtad (keluar dari Islam).

Hadits yang menyatakan:
“خَمْسٌ يُفْـطِرْنَ الصَّائِمَ: الْكَـذِبُ، وَالْغِيْبَةُ، وَالنَّمِيْمَةُ، وَالنَّظْرُ بِشَهْوَةٍ، وَالْيَمِيْنُ الْكَـاذِبُ”
Artinya: “Lima hal yang menghilangkan pahala puasa adalah berbohong, ghibah, adu domba, melihat dengan syahwat, dan sumpah palsu.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *