Wamensos Agus Jabo Resmi Tutup Retret Kepala Sekolah Rakyat: “Anda Adalah Arsitek Perubahan Sosial”

Daerah15 Dilihat

Jakarta – Wakil Menteri Sosial (Wamensos) RI, Agus Jabo Priyono, resmi menutup retret Kepala Sekolah Rakyat pada Jumat, 20 Juni 2025. Dalam arahannya, ia menegaskan bahwa Kepala Sekolah Rakyat bukan hanya pemimpin institusi pendidikan, melainkan juga arsitek perubahan sosial yang menentukan arah masa depan anak-anak dari keluarga prasejahtera.

“Kepala Sekolah Rakyat bukan hanya sekadar pimpinan institusi, tetapi juga arsitek perubahan sosial yang mampu merancang masa depan yang lebih cerah bagi generasi Indonesia,” ujar Agus Jabo dalam kegiatan penutupan di Mako Resimen Arhanud 1/Faletehan Kodam Jaya, Jakarta.

Retret ini merupakan tahap pertama yang diikuti oleh 52 Kepala Sekolah Rakyat dari berbagai daerah di Indonesia, berlangsung selama lima hari, dari 16 hingga 20 Juni 2025. Kegiatan dilaksanakan di dua lokasi: Pusdiklat Margaguna dan Mako Arhanud 1/Faletehan.

Sekolah Rakyat merupakan inisiatif langsung dari Presiden RI Prabowo Subianto, sebagai respons konkret terhadap tantangan kemiskinan ekstrem di Indonesia. Konsep pendidikan berasrama ini tidak hanya mengedepankan aspek pengajaran, tetapi juga menjadi rumah kedua bagi anak-anak kurang mampu untuk meraih cita-cita dan membentuk karakter.

Agus Jabo menekankan bahwa Kepala Sekolah Rakyat harus hadir sepenuh hati, bukan sekadar sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing, pelindung, dan penguat mental.

“Setiap anak yang dididik adalah titipan negara. Kepala Sekolah Rakyat harus hadir dengan utuh, memberikan ilmu, cinta, perhatian, dan harapan,” tegasnya.

“Sentuh hati mereka dengan kelembutan, tapi milikilah hati yang kokoh seperti baja. Itulah cara membentuk generasi tangguh,” sambungnya.

Agus Jabo menegaskan bahwa retret ini bukanlah titik akhir, melainkan awal dari perjalanan pengabdian yang lebih besar. Kepala Sekolah Rakyat diharapkan menjadi agen perubahan sosial di komunitasnya masing-masing.

“Retret ini bukan agenda seremonial. Ini adalah tonggak penting dalam membangun pendidikan alternatif yang berpihak kepada masyarakat, terutama mereka yang tersingkir dari sistem formal,” jelasnya.

Ia juga menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan pelatihan militer. Meski kolaborasi dilakukan bersama TNI, fokus kegiatan adalah pembentukan karakter dan kedisiplinan, bukan militerisme.

“Tidak ada pendidikan militeristik. Yang ada adalah pendidikan karakter dan kedisiplinan. Karena itu, kami menggandeng TNI yang memiliki kedisiplinan tinggi untuk memperkuat kepala sekolah dan calon guru,” katanya.

Agus juga menjelaskan bahwa peserta mendapatkan materi tentang pendidikan karakter kebangsaan, keagamaan, sosial, dan keterampilan, yang dibutuhkan dalam mengelola Sekolah Rakyat secara inklusif dan berkelanjutan.

Salah satu peserta, Agus Adibil Muhtar, Kepala Sekolah Rakyat Sentra Terpadu Kartini Temanggung, menyampaikan kesan mendalamnya selama mengikuti kegiatan ini.

“Retret ini membuka kesadaran kami bahwa menjadi pemimpin pendidikan membutuhkan keteguhan, keteladanan, dan keberanian menjaga arah perjuangan bangsa. Kami bukan sekadar pengelola administrasi, tetapi penjaga masa depan anak-anak,” ujarnya.

“Dengan semangat baru dari retret ini, kami siap melanjutkan pengabdian sebagai pemimpin yang berpihak pada anak-anak yang tertinggalkan,” pungkasnya.

Komentar