Dalam konteks dinamika antara senior dan junior di dunia kampus, terlihat bahwa mahasiswa memiliki potensi intelektual yang melimpah, namun adanya hierarki senioritas dapat membatasi kreativitas dan kebebasan berpikir mereka. Keterbatasan ini tidak hanya terjadi di dalam kampus, tetapi juga memengaruhi kemajuan dinamika kampus secara keseluruhan.
Permasalahan utama terletak pada tekanan dan ketidakpastian yang dialami mahasiswa terhadap senior. Hal ini membuat mereka cenderung mengikuti norma yang telah ada, bahkan jika itu menghambat kebebasan berpendapat dan bertindak. Dalam prosesnya, kemuduran dalam dinamika kampus terlihat, di mana mahasiswa tidak lagi mampu menjalankan peran penting mereka sebagai agen perubahan dan inovator.
Penting untuk menyadari bahwa keberhasilan sebuah kampus tidak hanya tergantung pada prestasi senior, tetapi juga pada kemampuan junior untuk memberikan kontribusi baru dan segar. Oleh karena itu, perlu adanya perubahan paradigma di mana hierarki tidak menjadi penghambat, melainkan menjadi sarana untuk menginspirasi dan membimbing tanpa membatasi.
Mahasiswa seharusnya diberi ruang untuk mengembangkan pemikiran kritis, mengikuti aspirasi mereka, dan memimpin inisiatif tanpa rasa takut akan penilaian senior. Hanya dengan menciptakan lingkungan kampus yang inklusif dan mendukung, kita dapat melihat peningkatan dalam kontribusi mahasiswa terhadap dunia akademis dan masyarakat secara keseluruhan.