Menag Nasaruddin Umar Promosikan Pancasila dan Diplomasi Agama di ICCS 2025 Singapura

Internasional27 Dilihat

Singapura (Kemenag) — Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, menegaskan bahwa Pancasila dan diplomasi agama dapat menjadi solusi global dalam membangun masyarakat yang damai dan inklusif. Pernyataan ini disampaikannya saat menjadi pembicara kunci dalam ajang International Conference on Cohesive Societies (ICCS) 2025 yang digelar di Singapura, Selasa (24/6/2025).

Pancasila menawarkan konsep yang rasional untuk menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa dan menjadi role model kerukunan dunia,” ujar Menag dalam forum internasional yang dihadiri para pemimpin lintas agama, akademisi, dan diplomat dari berbagai negara.

Menurut Nasaruddin, Pancasila merupakan buah konsensus para pendiri bangsa Indonesia yang terbukti mampu memayungi keanekaragaman. Indonesia, yang memiliki ribuan suku, bahasa, dan budaya, justru berhasil menjadikan keberagaman itu sebagai kekuatan pemersatu.

“Kita bersyukur Indonesia adalah negara yang majemuk. Keanekaragaman kita adalah kekuatan, bukan kelemahan,” tegasnya.

Menag menekankan bahwa prinsip Unity in Diversity bukan hanya slogan, melainkan identitas yang melekat dalam karakter bangsa Indonesia. Ia menambahkan bahwa keberagaman merupakan fondasi lahirnya bangsa yang disegani dunia.

“Prinsip bersatu dalam perbedaan atau unity in diversity telah menjadi bagian dari DNA bangsa Indonesia,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Menag juga memaparkan pentingnya diplomasi agama (religious diplomacy) sebagai pendekatan baru dalam hubungan antarbangsa. Berbeda dengan diplomasi formal yang cenderung terbatas oleh kepentingan politik, diplomasi agama dinilai lebih inklusif dan menyentuh nilai-nilai kemanusiaan universal.

“Bahasa agama mampu menembus batas keyakinan. Bagi kami, kemanusiaan itu satu. Tidak ada yang lain,” tandas Nasaruddin.

Ia menyebutkan bahwa Indonesia aktif mendorong diplomasi agama melalui berbagai inisiatif, termasuk Deklarasi Istiqlal yang menggabungkan nilai-nilai agama, Bhinneka Tunggal Ika, dan falsafah Pancasila.

Sebagai penutup, Menag menyinggung Deklarasi Istiqlal yang lahir sebagai respons terhadap dua krisis global saat ini, yakni dehumanisasi dan perubahan iklim. Ia juga menyebut keterlibatan Vatikan yang menambahkan unsur Pancasila dalam naskah deklarasi tersebut.

“Deklarasi Istiqlal adalah bentuk konkret keselarasan antara nilai-nilai agama dan kebangsaan. Ini kontribusi Indonesia untuk dunia,” pungkasnya.

Komentar