Salat bukan sekadar kewajiban lahiriah, tetapi juga perjalanan ruhani menuju hakikat ketenangan yang hakiki. Dalam kesibukan dunia, yang penuh ilusi dan kesementaraan ini, salat menjadi mi’raj bagi seorang hamba untuk bermunajat kepada Allah Swt. Di dalamnya, tersimpan rahasia ketenangan hati, yang hanya bisa dirasakan oleh hati yang tulus berserah diri kepada-Nya. Sebagaimana, hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya, hadis nomor 4985, Rasulullah saw. bersabda:
“Wahai Bilal! Kumandangkanlah Ikamah Salat; berikan kita ketenangan dengan salat”
Hakikatnya, adalah ketika seseorang menegakkan salat, pada dasarnya, Dia sedang melepaskan keterikatan duniawi dan menghadap dengan sepenuh hati kepada Sang Maha Cahaya. Setiap bacaan ayat suci yang dilantunkan adalah dzikir yang menghidupkan ruh, menyucikan hati dari gelisah dan membimbing kesadaran menuju ketenangan yang hakiki. Sujud, sebagai puncak kepasrahan, menjadi momentum fana’ dalam keagungan-Nya, tempat di mana hati merasakan kedekatan yang sedekat-dekatnya dengan sang Rabbi.
Secara batiniah, salat memiliki maqam yang lebih tinggi dalam perjalanan spiritual. Setiap gerakan yang kita lakukan bukan sekadar ritual saja, melainkan simbol penyucian diri kiata dari hijab-hijab duniawi. Dalam pandangan kaum arif, salat, disematkan sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan jiwa (ruh), di mana pikiran yang kacau menjadi jernih, hati yang gelisah menjadi tenteram (tenang), dan ruh yang lelah kembali seperti memperoleh cahaya sang ilahi.
Buah dari salat yang khusyuk tidak hanya dirasakan dalam momen ibadah saja, tetapi juga terpancar dalam akhlak dan kehidupan kita sehari-hari. Seorang hamba yang benar-benar, menegakkan salat dengan menghadirkan sang rabb-Nya dalam hatinya, akan lebih sabar dalam menghadapi cobaan, lebih bijaksana dalam bertindak, serta lebih tenang dalam menyikapi dinamika kehidupan dunia (kotor dan keji).
Sebagai simpulan untuk kita semua, mari jadikan salat bukan hanya sekadar tuntutan syariat, tetapi pada hakikatnya adalah penyucian diri dan perjalanan menuju marifatullah. Di dalamnya, seorang hamba, menemukan ketenangan yang tak tergantikan, karena dalam setiap rukuk dan sujud, tersimpan keberserahan mutlak kepada Sang Pemilik segala isi dunia ini. Allahu a’lam bissawab !
Komentar