Hakikat Tarawih Malam Keempat, Mendapatkan Pahala Setara Membaca 4 Kitab-Kitab Nabi Sebelumnya?

Opini102 Dilihat

Malam keempat Ramadhan diyakini memiliki keutamaan yang luar biasa. Konon, mereka yang melaksanakan salat tarawih di malam ini akan mendapatkan pahala yang setara dengan membaca kitab-kitab suci yang diturunkan kepada para nabi sebelumnya. Namun, lebih dari sekadar pahala, pesan yang terkandung di dalamnya, mengajak kita untuk memahami betapa pentingnya ilmu, petunjuk, dan ketaatan terhadap wahyu Allah Swt. dalam kehidupan sehari-hari.

Seperti yang kita ketahui, kitab-kitab suci seperti Taurat, Zabur, Injil dan al-Qur’an merupakan pedoman utama bagi umat manusia. Jika salat tarawih di malam keempat dikaitkan dengan pahala membaca kitab-kitab ini, maka hal ini bisa dimaknai sebagai dorongan untuk lebih mendekatkan diri kepada ajaran Allah Swt.

Ibadah tarawih bukan sekadar rutinitas, tetapi juga cara kita membangun hubungan spiritual dengan wahyu-Nya. Sebagaimana, Allah Swt. berfirman dalam al-Qur’an:

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah, mendirikan shalat, dan menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, mereka mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi.”( QS. Fatir 29)

Selain itu, keistimewaan malam keempat ini, juga mengajarkan kita bahwa Ramadhan adalah bulan pembelajaran dan peningkatan kualitas diri. Setiap rakaat tarawih menjadi kesempatan untuk lebih memahami pesan-pesan Allah Swt, sebagaimana para nabi menerima wahyu sebagai petunjuk bagi umat mereka sebelumnya.

Oleh karena itu, tidak cukup hanya beribadah secara fisik, tetapi kita juga perlu meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran kitab suci, terutama al-Qur’an. Maka, hakikat dari malam keempat Ramadhan, tidak seharusnya hanya kita pandang dari sisi pahala semata saja, tetapi lebih kepada bagaimana kita menjadikannya sebagai momen refleksi diri untuk sedekat-dekatnya dengan Allah Swt.

Tarawih disini, disematkan sebagai bentuk ketundukan seorang hamba kepada Allah Swt (sang pencipta, yng menciptakan hamba-nya) sebagaimana para nabi sebelumnya, tunduk pada wahyu yang mereka terima. Semoga, kita semua semakin termotivasi untuk lebih dekat dengan al-Qur’an dan menjadikannya sebagai pedoman utama dalam kehidupan kita sehari-hari. Allahu a’lam bissawab.

Komentar