Menyelami Rasio Rene Descartes: Aku Berfikir, Maka Aku Ada

Opini56 Dilihat

Pemikiran Rene Descartes, “Aku berpikir, maka aku ada”, ternyata bisa kita hubungkan dengan makna spiritual di bulan Ramadhan. Jika kita telaah lebih dalam, Ramadhan bukan hanya soal menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang kesadaran diri, introspeksi, dan pencarian makna hidup yang lebih dalam.

Coba kita bayangkan, Descartes menggunakan metode keraguan untuk mencari kebenaran yang tak terbantahkan. Nah, dalam Islam, refleksi dan perenungan (tafakkur) juga menjadi kunci untuk memahami siapa diri kita dan apa tujuan kita diciptakan. Ketika seseorang berpuasa, dia bukan hanya mengendalikan hawa nafsunya, tetapi juga mengasah pikirannya agar lebih sadar akan hubungannya dengan Tuhan dan sesama.

Lebih jauh lagi, jika Descartes menemukan kepastian keberadaannya melalui berpikir, dalam Islam pemikiran yang mendalam bisa membawa seseorang pada keimanan yang lebih kokoh. Ini sejalan dengan banyak ayat dalam al-Qur’an yang mengajak manusia untuk merenungkan ciptaan Allah Swt. Salah satunya, dalam Surah Ali Imran ayat 190, di mana Allah Swt. menyebut bahwa tanda-tanda kebesaran-Nya bisa ditemukan oleh mereka yang mau berpikir.

Jadi, kalau kita kaitkan dengan Ramadhan, ungkapan “Aku berpikir, maka aku ada” bisa kita maknai lebih luas sebagai “Aku berpikir, maka aku semakin mengenal Tuhanku”. Momen Ramadhan memberikan kesempatan bagi kita untuk tidak hanya berpikir secara logis, tetapi juga merenungi kehidupan secara spiritual, sehingga kita semakin memahami makna eksistensi diri dalam hubungan dengan Allah Swt. dan sesama manusia.

Komentar