OLEH: Muhadir Azis, S.Pd.I., M.Pd.
(Dosen UIN Palopo)
OPINI – Alih status IAIN Palopo menjadi UIN Palopo bukan sekadar perubahan nomenklatur kelembagaan. Transformasi ini adalah bagian dari upaya strategis Kementerian Agama dalam memperkuat peran perguruan tinggi keagamaan Islam dalam menjawab tantangan zaman. Berada di jantung Luwu Raya, UIN Palopo memiliki potensi geografis, sosiokultural, dan spiritual yang sangat besar untuk menjadi sentral pendidikan Islam yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga menjadi agen pengarusutamaan moderasi beragama di Kawasan Timur Indonesia.
Luwu Raya sendiri merupakan wilayah dengan keberagaman etnis, budaya, dan keyakinan yang menjadi miniatur kebhinekaan Indonesia. Dalam konteks ini, kehadiran UIN Palopo sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam berciri kearifan lokal memiliki posisi strategis sebagai penjaga harmoni dan penyemai nilai-nilai keislaman yang rahmatan lil ‘alamin.
Transformasi IAIN menjadi UIN Palopo adalah momentum emas untuk menghadirkan harapan baru bagi pendidikan Islam di Luwu Raya, sekaligus memperkuat peran kampus ini sebagai agen moderasi beragama di wilayah timur. Perluasan mandat keilmuan UIN bukan hanya membuka ruang bagi integrasi ilmu-ilmu keislaman dan sains modern, tetapi juga memungkinkan kampus ini menjadi pelopor dalam pembangunan karakter kebangsaan, toleransi, dan inklusivitas melalui pendekatan kearifan lokal.
Sejak berstatus IAIN, Palopo telah meraih sertifikat ISO sebagai bentuk komitmen terhadap mutu manajemen pendidikan. Hal ini menunjukkan kesiapan institusi dalam mengelola layanan akademik dan non-akademik secara profesional dan bertaraf internasional.
Dengan visi menjadi pusat pendidikan tinggi keagamaan Islam yang unggul, profesional, dan berdaya saing, UIN Palopo memiliki peluang besar untuk menjadi rujukan keilmuan yang tidak hanya akademik, tapi juga berperan nyata dalam penguatan harmoni sosial di tengah masyarakat majemuk.
Pertama, misi UIN Palopo yang menekankan penyelenggaraan pendidikan berkualitas dan berbasis riset merupakan pondasi kuat untuk mengembangkan ilmu keislaman yang responsif terhadap isu-isu kontemporer. Kurikulum yang adaptif dan integratif akan membentuk lulusan yang tidak hanya alim dalam ilmu agama, tetapi juga siap menjawab tantangan masyarakat digital, plural, dan global.
Kedua, UIN Palopo berkomitmen untuk mengembangkan bahan ajar dan riset yang berakar pada kearifan lokal. Inilah keunggulan kompetitif yang tidak dimiliki banyak kampus lain. Dengan menggali tradisi, budaya, dan nilai lokal Luwu Raya, UIN Palopo dapat menghadirkan model pendidikan Islam yang otentik dan kontekstual suatu pendekatan yang sangat relevan dalam mewujudkan moderasi beragama.
Ketiga, kolaborasi lintas sektoral menjadi kekuatan lain yang perlu terus dikembangkan. UIN Palopo dapat menjalin sinergi dengan tokoh agama, pemerintah daerah, organisasi kemasyarakatan, dan dunia industri untuk memperluas pengaruh moderasi beragama hingga ke akar rumput.
Keempat, UIN Palopo bisa menjadi episentrum gerakan Islam wasathiyah di kawasan timur. Dengan pendekatan akademik dan kultural, kampus ini mampu menjadi pusat pendidikan kader-kader dakwah, pendidik, peneliti, dan pemimpin umat yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan kebangsaan.
Rektor UIN Palopo ( Abbas Langaji) dalam memimpin Kegiatan Rapim pascasarjana menegaskan bahwa program Pascasarjana terbuka untuk seluruh lapisan masyarakat dari berbagai latar belakang agama. Hal ini mencerminkan semangat kampus sebagai ruang inklusif bagi siapa pun yang ingin menimba ilmu dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa. Ke depan, pengembangan kerja sama internasional, seperti dengan University of Malaya dan Krirk University, menjadi prioritas strategis dalam memperluas jejaring akademik global.
UIN Palopo bukan hanya menjawab kebutuhan institusional pendidikan tinggi keislaman, tetapi juga menjadi simbol harapan baru akan wajah Islam Indonesia yang ramah, inklusif, dan membumi. Dengan dukungan semua pihak, UIN Palopo berpeluang besar menjadi agen perubahan yang berkontribusi nyata dalam merawat keberagaman dan memperkuat moderasi beragama di Kawasan Timur Indonesia.
Komentar