Situasi Memanas di Lebanon: Serangan Mematikan Terhadap Hizbullah dan Dampaknya Terhadap Pasukan Perdamaian PBB

Internasional2231 Dilihat

Lebanon – Situasi di Lebanon semakin memanas setelah serangkaian serangan mematikan yang menargetkan pimpinan dan infrastruktur Hizbullah sejak 17 September 2024. Insiden-insiden ini telah memicu kekhawatiran akan terjadinya eskalasi konflik antara Israel dan kelompok militan tersebut.

Rangkaian peristiwa tragis dimulai pada 17 September dengan ledakan ribuan pager Hizbullah, menandai dimulainya serangan besar-besaran. Pada 18 September, komunikasi Hizbullah terganggu setelah ledakan terhadap perangkat walkie-talkie mereka. Serangan berlanjut dengan tewasnya Ibrahim Aqeel, komandan operasi khusus Hizbullah, pada 20 September. Pada 24 September, Ibrahim Qubaisi, komandan sistem rudal Hizbullah, juga menjadi korban serangan. Puncaknya terjadi pada 27 September, ketika Hassan Nasrallah, pemimpin tertinggi Hizbullah, tewas. Kematian Nasrallah diperkirakan akan memicu reaksi keras dari pendukungnya dan berpotensi memicu konflik berskala besar.

Di tengah ketegangan ini, PBB melalui UNIFIL dihadapkan pada tantangan besar untuk menjaga stabilitas di wilayah tersebut. Pasukan Perdamaian Indonesia di Lebanon kini menghadapi situasi yang semakin sulit. Sejak awal Oktober 2024, mereka telah diterpa berbagai insiden, mulai dari kerusakan kendaraan hingga ancaman langsung terhadap nyawa. Aksi saling serang antara Hizbullah dan Israel membuat tugas para peacekeeper semakin berat.

Beberapa insiden yang dialami pasukan perdamaian Indonesia meliputi:
– **02 Oktober 2024**: Kerusakan materiel (kendaraan) di sektor Indobatt.
– **10 Oktober 2024**: Dampak baku tembak terhadap ISR dan HZB, termasuk kerusakan pada pos observasi dan korban.
– **12 Oktober 2024**: Personel Indonesia terkena dampak ricochet munisi saat perlawanan antara HZB dan IDF.
– **14 Oktober 2024**: Kerusakan properti, termasuk akomodasi dan kendaraan di Greenhill, Al Naqoura.

Konflik yang terjadi antara Hizbullah dan Israel telah menimbulkan dampak yang tidak diinginkan, termasuk insiden yang melibatkan pasukan penjaga perdamaian PBB, termasuk Indonesia. Beberapa insiden kerusakan kendaraan, pos observasi, hingga korban jiwa telah dilaporkan. Meski demikian, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah menyatakan penyesalan atas insiden tersebut dan menegaskan bahwa pihaknya tidak memiliki niat untuk menyerang pasukan PBB.

Pasukan penjaga perdamaian PBB, termasuk kontingen Indonesia, terus bekerja keras untuk menjaga stabilitas di Lebanon. Namun, meningkatnya intensitas konflik antara Hizbullah dan Israel telah menghambat upaya mereka. Pernyataan penyesalan dari Perdana Menteri Israel diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk de-eskalasi dan menghormati keberadaan pasukan penjaga perdamaian di wilayah tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *