Sejarah Pacu Jalur: Tradisi Lomba Perahu Khas Riau yang Sarat Nilai Budaya

Budaya92 Dilihat

KUANTAN SINGINGI, RIAU – Pacu Jalur merupakan tradisi budaya khas masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau, yang telah mengakar kuat sejak ratusan tahun silam. Tradisi ini dikenal sebagai perlombaan perahu panjang yang digelar secara meriah di Sungai Batang Kuantan, dan menjadi salah satu ikon budaya terbesar di Sumatra.

Sejarah Pacu Jalur diperkirakan bermula pada abad ke-17, pada masa Kesultanan Indragiri masih berkuasa. Awalnya, jalur—sebutan lokal untuk perahu panjang tradisional—digunakan sebagai alat transportasi masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran Sungai Kuantan. Namun, seiring berjalannya waktu, penggunaan jalur berkembang menjadi ajang adu ketangkasan antar desa.

Pacu Jalur kemudian berkembang menjadi event tahunan yang diadakan untuk memperingati hari-hari besar Islam maupun sebagai bentuk penghormatan terhadap para raja dan pejabat kolonial Belanda pada masa penjajahan. Bahkan setelah kemerdekaan, Pacu Jalur tetap dilestarikan dan mendapat pengakuan sebagai warisan budaya tak benda dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 2014.

Setiap jalur dibuat secara khusus dari pohon pilihan seperti kayu meranti atau kayu kulim, dengan panjang mencapai 25 hingga 40 meter dan dapat menampung 40 hingga 60 pendayung. Hiasan pada setiap jalur pun menjadi daya tarik tersendiri karena menampilkan motif tradisional Melayu yang mencerminkan identitas kultural masyarakat Kuantan Singingi.

“Pacu Jalur bukan sekadar perlombaan, tetapi juga simbol persatuan, kerja sama, dan semangat gotong royong masyarakat. Ini adalah bagian dari jati diri orang Kuantan,” ujar salah satu tokoh budaya lokal, Roni Saputra.

Kini, Pacu Jalur tak hanya menjadi ajang lokal, tetapi juga telah berkembang menjadi atraksi wisata budaya berskala nasional. Setiap tahunnya, ribuan wisatawan datang untuk menyaksikan kemeriahan tradisi ini yang diselenggarakan menjelang Hari Kemerdekaan Republik Indonesia di bulan Agustus.

Melalui pelestarian dan promosi yang berkelanjutan, Pacu Jalur diharapkan terus hidup dan menjadi warisan budaya yang dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

Komentar