Sejarah dan Makna Burasa’ dalam Tradisi Sulawesi Selatan

Kuliner48 Dilihat

Burasa’, juga dikenal sebagai buras, merupakan makanan khas masyarakat Sulawesi Selatan yang sering disajikan saat hari besar seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Hidangan ini mirip dengan lontong tetapi memiliki tekstur yang lebih lembut karena dimasak dengan santan. Dibungkus dengan daun pisang dan diikat dengan tali rafia atau daun pandan, burasa’ memiliki cita rasa gurih yang khas.

Asal Usul Burasa’

Burasa’ telah menjadi bagian dari budaya masyarakat Bugis dan Makassar sejak zaman dahulu. Dipercaya bahwa makanan ini pertama kali dibuat oleh para pelaut Bugis-Makassar sebagai bekal perjalanan mereka di lautan. Karena burasa’ dimasak dengan santan dan dibungkus rapat, makanan ini bisa bertahan lebih lama dibandingkan nasi biasa, menjadikannya pilihan ideal untuk perjalanan jauh.

Burasa’ dalam Perayaan Idul Fitri

Pada hari raya Idul Fitri, burasa’ menjadi hidangan wajib yang disajikan bersama berbagai lauk seperti opor ayam, coto Makassar, dan pallubasa. Kehadiran burasa’ melambangkan kebersamaan dan warisan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Masyarakat Sulawesi Selatan percaya bahwa menyajikan burasa’ saat Lebaran adalah bentuk penghormatan terhadap tradisi nenek moyang.

Cara Membuat Burasa’

Proses pembuatan burasa’ cukup unik. Beras dimasak setengah matang dengan santan dan sedikit garam, lalu dibungkus dengan daun pisang berbentuk pipih. Setelah itu, burasa’ direbus selama beberapa jam hingga matang sempurna. Cara ini membuat teksturnya lebih padat dan cita rasanya lebih gurih dibandingkan lontong biasa.

Komentar