PALOPO – Upaya menghidupkan kembali kajian kitab-kitab klasik (turats) Islam terus digiatkan oleh Prof. Dr. Muhaemin, Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Palopo. Salah satunya melalui kajian rutin kitab al-Azkar karya Imam an-Nawawi yang dilaksanakan setiap Selasa malam di Gedung Nahdlatul Ulama (NU) Palopo.
Kegiatan ini menjadi ruang integrasi antara tradisi akademik kampus dan tradisi keilmuan pesantren, menghadirkan suasana belajar yang ilmiah sekaligus spiritual. Kajian yang telah berlangsung sejak Januari 2024 ini diselenggarakan secara hybrid, terbuka untuk mahasiswa, dosen, alumni, dan masyarakat umum.
Diselenggarakan oleh Yayasan Bait al-Firah dengan dukungan sejumlah organisasi intra dan ekstra kampus UIN Palopo, kajian ini membahas secara mendalam isi kitab al-Azkar yang berisi doa dan zikir dari hadis-hadis sahih, lengkap dengan adab, dalil, dan konteks pelaksanaannya.
“Kitab al-Azkar mengajarkan kita bahwa setiap aspek kehidupan memiliki doa yang diajarkan Nabi. Melalui pengajian ini, kita tidak hanya membaca teks, tetapi juga membangun koneksi rohani yang bersanad,” jelas Prof. Muhaemin dalam salah satu sesi.
Peserta kegiatan juga mengungkapkan apresiasinya atas manfaat pengajian ini. Nurjannati, mahasiswi Pascasarjana UIN Palopo, mengaku terbantu dalam memahami praktik berdoa yang benar.
“Saya jadi tahu makna, waktu, dan dalil setiap doa. Ini membuat doa-doa yang saya baca terasa lebih bermakna dan sesuai tuntunan,” katanya.
Sementara itu, Muhadir Aziz, alumni UIN Palopo, menyebut kajian ini sebagai sarana memperkaya pemahaman spiritual yang selama ini belum banyak disentuh dalam pembelajaran formal.
“Di kampus kita belajar teori. Di sini kita menyatu dengan praktik spiritual yang bersumber dari turats. Keduanya saling melengkapi,” ujarnya.
Menurut Khaeder al-Maskati, M.Pd, selaku panitia dari Yayasan Bait al-Firah, kegiatan ini dilaksanakan secara rutin agar manfaat keilmuan tidak berhenti pada satu pertemuan saja.
“Tujuannya adalah menjaga keberlanjutan ilmu yang sudah dipelajari, sekaligus mempererat silaturahim antar peserta dari berbagai kalangan. Inilah yang menjadi kekuatan kajian ini,” ungkap Khaeder.
Meskipun dilaksanakan di luar kampus, tepatnya di Gedung NU Palopo, kegiatan ini justru menjadi penghubung yang kuat antara kalangan akademisi, masyarakat, dan tradisi pesantren.
Dengan menghidupkan kembali kajian kitab turats seperti al-Azkar, UIN Palopo melalui para dosen dan komunitasnya berhasil menghadirkan model pembelajaran keagamaan yang tidak hanya kontekstual, tetapi juga menyambung erat dengan akar keilmuan Islam yang otentik dan berakar kuat dalam tradisi.
Komentar