Menjaga Kesucian: Pemahaman Thaharah dan Prosesnya dalam Islam

Pendidikan293 Dilihat

PENULIS: M Yahya (Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Palopo)

Thaharah secara bahasa berarti bersuci atau membersihkan diri. Dalam istilah syariat, thaharah adalah menghilangkan hadats dan najis yang menghalangi seseorang untuk melakukan ibadah. Allah SWT berfirman dalam (QS. Al-Baqarah: 222)
اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ ۝٢٢٢
Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.

Thaharah merupakan syarat utama dalam ibadah, khususnya shalat. Tanpa thaharah, ibadah seseorang tidak sah. Rasulullah SAW bersabda: “Allah tidak menerima shalat seseorang di antara kamu jika ia berhadats hingga ia berwudhu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Alat bersuci yang utama adalah air suci dan mensucikan (air mutlak). Air ini meliputi air hujan, air laut, air sungai, air sumur, air mata air, dan air es/salju yang telah mencair. Allah berfirman dalam (QS. Al-Anfal: 11)
وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُمْ مِّنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً لِّيُطَهِّرَكُمْ
Artinya: Dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu.

Thaharah terbagi menjadi dua jenis: thaharah hakiki dan thaharah hukmi. Thaharah hakiki adalah bersuci dari najis yang tampak pada badan, pakaian, atau tempat. Sedangkan thaharah hukmi adalah bersuci dari hadats kecil dengan wudhu dan hadats besar dengan mandi janabah.

Wudhu merupakan cara bersuci dari hadats kecil dengan membasuh anggota wudhu sesuai ketentuan syariat. Allah berfirman dalam (QS. Al-Maidah:6)
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.

Mandi janabah adalah cara bersuci dari hadats besar dengan membasuh seluruh tubuh disertai niat. Kewajiban mandi janabah dijelaskan dalam (QS. Al-Maidah: 6)
وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ
Artinya: Dan jika kamu junub maka mandilah.” Hal-hal yang mewajibkan mandi janabah antara lain hubungan suami istri, keluar mani, haid, dan nifas.

Ketika tidak ada air atau tidak bisa menggunakan air, syariat memberikan rukhsah (keringanan) berupa tayamum. Tayamum dilakukan dengan mengusap wajah dan kedua tangan menggunakan debu yang suci. Allah berfirman dalam (QS. Al-Maidah: 6)
وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا
Artinya: Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *