Menjaga Harmoni dalam Perbedaan, Menyatukan Hati di Awal Ramadhan 1446 H

Opini110 Dilihat

Setiap tahun, umat Islam menyambut bulan Ramadhan dengan penuh kebahagiaan. Namun, perbedaan dalam penentuan awal puasa sering kali terjadi antara Pemerintah, NU, Muhammadiyah, dan Jemaah An-Nadzir. Hal ini disebabkan oleh metode yang mereka gunakan berbeda satu sama lain, baik melalui hisab, rukyat, maupun pendekatan lainnya.

Muhammadiyah menggunakan hisab hakiki wujudul hilal, sementara NU dan Pemerintah menggabungkan hisab dengan rukyat. Jemaah An-Nadzir pun memiliki metode sendiri dalam menetapkan awal Ramadhan. Meski berbeda, semua pendekatan ini memiliki dasar yang kuat dalam ilmu falak dan ijtihad para ulama.

Daripada kita memperdebatkan perbedaan ini, lebih baik kita fokus pada esensi Ramadhan, yaitu meningkatkan ketakwaan, memperbanyak ibadah dan mempererat ukhuwah. Sejak zaman Rasulullah saw, perbedaan dalam menentukan waktu ibadah sudah ada, tetapi tidak mengurangi nilai ibadah itu sendiri. Rasulullah saw. bersabda:

“Berpuasalah kalian ketika melihat hilal dan berbukalah kalian ketika melihatnya. Jika tertutup awan, maka sempurnakanlah bulan Sya’ban menjadi tiga puluh hari.” (HR. Bukhari No. 1909, Muslim No. 1081)

Makna hadis ini, mengajarkan bahwa awal dan akhir Ramadhan ditentukan berdasarkan rukyat hilal. Jika bulan tidak terlihat karena tertutup awan, maka bulan Sya’ban disempurnakan menjadi 30 hari. Ini menunjukkan bahwa Islam memberikan kemudahan dalam menentukan awal bulan Hijriyah.

Para ulama memahami hadis ini sebagai pedoman utama dalam penetapan awal Ramadhan, tetapi dalam kondisi tertentu, hisab juga dapat menjadi alat bantu. Perbedaan metode yang ada mencerminkan kekayaan ijtihad dalam Islam. Yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi perbedaan ini dengan saling menghormati dan tidak menjadikannya sumber perpecahan.

Kesimpulan:
Pada hakikatnya, ramadhan bukan hanya tentang kapan kita mulai berpuasa, tetapi bagaimana kita menjalankannya dengan penuh ketulusan dan kepedulian. Dengan saling menghormati, kita bisa menjadikan bulan suci ini sebagai momen kita bersama untuk memperkuat kebersamaan dan memperbanyak amal kebaikan dalam bulan suci ramadhan yang akan kita jalani secara seksama.

Komentar