Menag Nasaruddin Umar Dorong Pesantren Kembangkan Ekoteologi dan Kurikulum Cinta

Nasional27 Dilihat

Surabaya — Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, M.A., tampil sebagai narasumber dalam kegiatan Pendidikan Pengembangan Wawasan Keulamaan (PPWK) yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Yayasan Pondok Pesantren Miftachussunnah, Surabaya, Kamis (17/7/2025).

Acara ini turut dihadiri oleh Rais ‘Aam PBNU K.H. Miftachul Akhyar, Ketua Umum PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf, serta para ulama terkemuka dari berbagai wilayah di Indonesia.

Dalam pemaparannya, Menteri Agama memperkenalkan dua pendekatan baru yang tengah dikembangkan oleh Kementerian Agama dalam dunia pendidikan keagamaan: Ekoteologi dan Kurikulum Cinta.

Menurut Menag, Ekoteologi merupakan pendekatan keagamaan yang menekankan pentingnya pelestarian lingkungan hidup sebagai bagian dari ibadah dan penghambaan kepada Tuhan. Sedangkan Kurikulum Cinta mengedepankan nilai kasih sayang, empati, dan toleransi dalam seluruh proses pembelajaran keagamaan.

“Pendekatan ini sangat relevan dengan nilai-nilai yang telah lama hidup dalam sistem pendidikan pesantren. Karenanya, saya percaya bahwa pesantren memiliki kekuatan luar biasa untuk menjadi pionir dalam mengembangkan Ekoteologi dan Kurikulum Cinta,” ungkap Nasaruddin Umar di hadapan para peserta PPWK.

Menag juga menegaskan bahwa pesantren adalah ekosistem pendidikan yang unggul karena mampu mengintegrasikan dimensi keilmuan, spiritualitas, dan pengabdian sosial. Keunggulan tersebut menjadikan pesantren sebagai lembaga pendidikan yang mampu mencetak ulama yang tidak hanya alim dalam aspek keagamaan, tetapi juga peka terhadap persoalan sosial dan kemanusiaan.

“Pesantren memiliki tradisi kontemplasi yang kuat—yakni kemampuan untuk merenung, memahami makna hidup, dan memberikan solusi berdasarkan kebijaksanaan. Ini adalah sesuatu yang sangat langka dalam sistem pendidikan modern,” tambahnya.

Dengan potensi tersebut, Nasaruddin berharap bahwa Ekoteologi dan Kurikulum Cinta dapat menjadi narasi besar pendidikan pesantren di masa mendatang. Narasi ini diharapkan mampu menjadikan pesantren sebagai agen perubahan dalam menjawab tantangan zaman.

“Ekoteologi dan Kurikulum Cinta harus menjadi bagian dari identitas pesantren modern. Inilah yang akan menjadikan pesantren bukan hanya benteng moral bangsa, tetapi juga motor peradaban yang membawa nilai-nilai luhur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” tutup Menag.

Komentar