Pernahkah kita mendengar tentang tradisi mandi sebelum Ramadhan? Bagi sebagian orang, ini bukan sekadar rutinitas, melainkan simbol kesiapan menyambut bulan suci. Mandi ini diyakini sebagai cara menyucikan diri, bukan hanya fisik, tetapi juga hati dan pikiran, agar dapat menjalani Ramadhan dengan lebih khusyuk.
Air selalu dikaitkan dengan kesucian dan pembaruan. Dalam Islam, mandi bukan sekadar membersihkan tubuh, tetapi juga melambangkan pembersihan jiwa. Saat air mengalir, seakan kita membuang beban dan mempersiapkan diri untuk menjalani puasa dengan lebih ikhlas dan sabar. Rasulullah saw. pun menekankan pentingnya kebersihan, sebagaimana sabdanya:
“Dari Abu Malik Al-Asy’ari, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: ‘Kesucian adalah setengah dari iman.'” (HR. Muslim No. 223).
Hadis ini menekankan kepada kita semua, kebersihan adalah setengah dari iman. Pada dasarnya, kebersihan yang dimaksud bukan hanya hati yang di bersihkan saja, tetapi juga Basyar/fisik kita harus dibersihkan.
Lebih dari sekadar ritual, mandi ini juga menjadi simbol transisi menuju bulan penuh ibadah. Di beberapa daerah, tradisi ini dilakukan bersama, mempererat kebersamaan dalam menyambut Ramadhan. Momen ini mengingatkan kita bahwa persiapan mental dan spiritual sama pentingnya dengan fisik.
Namun, penyucian diri sejati bukan hanya soal membersihkan tubuh, tetapi juga hati. Melepaskan amarah, iri, dan prasangka jauh lebih penting agar ibadah Ramadhan lebih bermakna. Hubungan dengan sesama dan Tuhan pun harus diperbaiki, sehingga bulan suci ini benar-benar menjadi kesempatan untuk memperbaiki diri.
Jadi, mandi sebelum Ramadhan bukan sekadar kebiasaan, tetapi simbol awal perjalanan spiritual. Dengan tubuh dan hati yang bersih, semoga kita bisa menjalani bulan penuh berkah ini dengan lebih tenang, khusyuk, dan bermakna.
Komentar