Makan Bergizi Gratis: Menuju Kemandirian Pangan atau Justru Ketergantungan?

Opini324 Dilihat

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diperkenalkan oleh Presiden Prabowo Subianto menjadi bahan perbincangan hangat di berbagai kalangan. Tujuannya sangat mulia, yakni meningkatkan gizi anak-anak dan mengurangi angka stunting di Indonesia. Namun, di balik manfaatnya, muncul pertanyaan penting: apakah program ini akan menjadi langkah awal menuju kemandirian pangan atau justru memperkuat ketergantungan negara terhadap impor bahan pangan?

Jika program ini dikelola dengan strategi yang tepat, MBG bisa menjadi pendorong utama bagi pertumbuhan sektor pertanian dan peternakan dalam negeri. Dengan melibatkan petani dan peternak lokal sebagai pemasok utama, program ini bisa menciptakan rantai pasok yang berkelanjutan dan memperkuat ketahanan pangan nasional. Ini adalah kesempatan besar bagi Indonesia untuk mengurangi ketergantungan pada impor serta membangun ekonomi berbasis pertanian yang lebih mandiri.

Namun, jika tidak disertai perencanaan matang, program ini bisa menimbulkan efek sebaliknya. Jika bahan makanan yang digunakan lebih banyak diimpor dibandingkan diproduksi dalam negeri, maka program ini justru akan memperdalam ketergantungan Indonesia pada pasar luar negeri. Petani lokal yang tidak mendapatkan akses pasar yang layak bisa semakin terpuruk karena kalah bersaing dengan produk impor yang lebih murah. Dalam jangka panjang, ketahanan pangan nasional bisa semakin rapuh, bukan semakin kuat.

Keberlanjutan program ini juga menjadi faktor yang patut dipertimbangkan. Jika terlalu mengandalkan subsidi tanpa adanya strategi jangka panjang, ada risiko program ini tidak bisa bertahan dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil. Ketika anggaran negara mengalami tekanan, program ini bisa saja dihentikan, dan masyarakat yang sudah terbiasa bergantung padanya akan menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan pangan mereka.

Oleh karena itu, pendekatan yang lebih menyeluruh diperlukan agar MBG tidak hanya sekadar memberikan makanan gratis, tetapi juga mampu membangun sistem pangan yang mandiri. Pemerintah perlu memastikan bahwa program ini memberdayakan petani lokal, memperkuat rantai distribusi dalam negeri, dan mengurangi ketergantungan terhadap impor. Dengan cara ini, manfaat program tidak hanya terasa dalam jangka pendek, tetapi juga bisa memperkuat perekonomian nasional secara berkelanjutan.

Kesuksesan MBG tidak hanya diukur dari berapa banyak anak yang mendapatkan makanan bergizi, tetapi juga dari sejauh mana program ini mampu memperkokoh ketahanan pangan nasional. Jika dikelola dengan baik, MBG bisa menjadi titik awal menuju kemandirian pangan yang sejati. Namun, jika salah langkah, kita hanya akan semakin menggantungkan kebutuhan pangan pada pihak luar, yang bisa menjadi bumerang di masa depan.

Komentar