Ketika Negara Melupakan Tugasnya: Kemana Kita Akan Mengadu?

Opini47 Dilihat

OLEH: Ishak Yswandi

OPINI: Di tengah kepemimpinan Regime Mulyono, rakyat kecil semakin terjepit oleh penindasan yang terang-terangan dipertontonkan. Kasar, telanjang, dan menjijikkan. Pemerintah, yang seharusnya menjadi pelindung bagi warganya, malah berubah menjadi mesin perusak yang tidak lagi memiliki nurani.

 

Dimana para Wakil Rakyat yang seharusnya membawa amanah untuk membela tanah kelahirannya? Mereka justru tenggelam dalam kenyamanan kursi kekuasaan, meninggalkan rakyat yang terhimpit tanpa ada sedikit pun rasa peduli. Yang lebih memilukan adalah absennya suara dari para mahasiswa, ksatria muda yang seharusnya berada di garis depan, memperjuangkan keadilan bagi mereka yang tertindas. Bukankah semangat mahasiswa selama ini adalah melawan ketidakadilan? Namun kini, suara itu semakin redup.

 

Kasus seperti Cones bukan hanya tragedi individu, tetapi ini adalah wujud nyata dari pengabaian terhadap hak asasi manusia. Hak yang tidak hanya dijamin oleh Undang-Undang, tetapi juga oleh kitab suci dalam negara yang katanya “Religius”. Ironis, ketika kita hidup di negara yang mengklaim religiusitas sebagai identitas, namun keadilan dan kasih sayang bagi sesama justru semakin dilupakan.

 

Pertanyaan tentang keberpihakan aparat pun rasanya tak perlu dijawab. Karena saat ini yang tampak hanyalah wajah-wajah monster, bersenjata mesin yang sejatinya dibeli dari keringat rakyat kecil. Alih-alih menjadi penengah, aparat malah berdiri di barisan oligarki, para pemilik kuasa yang merasa bisa membeli apa saja, termasuk keadilan.

 

Lalu, jika semua telah “dibeli,” kepada siapa rakyat kecil akan mengadu? Ketika suara mereka tak lagi didengar, ketika kekuasaan semakin dibutakan oleh uang, kita hanya bisa menyisakan rasa miris dan kecewa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *