Di Balik Marah, Ada Kerinduan yang Ditunggu

Opini694 Dilihat

Marah sering kali dianggap sebagai ekspresi negatif yang harus dihindari. Namun, jika kita mau melihat lebih dalam, di balik kemarahan bisa saja tersembunyi sesuatu yang lebih mendalam—kerinduan.

Kemarahan yang muncul dalam hubungan sosial, baik itu antara sahabat, pasangan, maupun keluarga, sering kali bukan sekadar luapan emosi spontan. Ia bisa menjadi pertanda bahwa seseorang sebenarnya sedang merindukan perhatian, kepedulian, atau bahkan kehadiran yang sudah lama dinanti. Misalnya, seorang teman yang kesal karena lama tidak dihubungi mungkin bukan benar-benar marah, tetapi merasa diabaikan dan sebenarnya ingin kembali dekat.

Dalam hubungan keluarga, orang tua yang marah ketika anaknya jarang pulang bukan sekadar bentuk kekecewaan, melainkan tanda bahwa mereka merindukan momen kebersamaan. Begitu pula dalam hubungan asmara, pasangan yang terlihat marah karena kurangnya komunikasi mungkin sebenarnya hanya ingin lebih diperhatikan dan dihargai.

Marah bukanlah sesuatu yang harus selalu ditakuti atau dihindari. Sebaliknya, kemarahan bisa menjadi jendela untuk memahami kebutuhan emosional yang tersembunyi. Jika kita mampu melihat makna di baliknya, kita bisa merespons dengan lebih bijak—bukan dengan kemarahan balik, tetapi dengan memberi perhatian lebih pada apa yang sebenarnya dirindukan.

Maka, lain kali jika seseorang marah kepada kita, cobalah untuk bertanya pada diri sendiri: mungkinkah ada rindu yang sedang menunggu untuk dijawab?

Komentar