Bedah Buku dan Launching Women Creativpreuner Warnai Harlah ke-58 KOPRI PMII DIY di Yogyakarta

Daerah482 Dilihat

YOGYAKARTA – Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (KOPRI) PC PMII DIY merayakan Hari Lahir (Harlah) ke-58 dengan menghadirkan rangkaian kegiatan intelektual bertajuk Dialog dan Bedah Buku “Tumbuh Bergerak: Esai-Esai Perempuan di Tengah Krisis dan Transformasi” sekaligus meluncurkan Lembaga Women Creativpreuner. Agenda ini berlangsung di Gedung DPRD Kota Yogyakarta pada Sabtu (29/11/2025).

Buku tersebut merupakan karya kolektif kader KOPRI DIY yang lahir dari kegelisahan intelektual terhadap dinamika sosial terkini. Isinya menyoroti pemikiran perempuan, ketahanan, serta peran mereka dalam menghadapi beragam krisis dan perubahan zaman.

Acara dibuka oleh Sekretaris Komisi D DPRD Kota Yogyakarta, Solihul Hadi, S.H., M.Kn., yang menyampaikan apresiasi mendalam terhadap inisiatif KOPRI. Ia menekankan pentingnya pemberdayaan perempuan di tengah masih tingginya kerentanan terhadap tindak kriminalitas.

Ia berharap kehadiran Women Creativpreuner menjadi penggerak kemandirian perempuan. “Dengan semangat kemandirian sosial dan ekonomi, perempuan dapat menjadi pribadi yang inklusif, inovatif, dan semakin diperhitungkan,” ujarnya.

Sesi bedah buku menghadirkan dua akademisi perempuan terkemuka. Pembedah pertama, Dr. Mustaghfiroh Rahayu, S.Th.I., M.A., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNU Yogyakarta, mengungkapkan kekagumannya pada kedalaman referensi para penulis muda KOPRI.

Ia membandingkan kondisi literasi feminisme masa kuliahnya di IAIN Sunan Kalijaga. “Dulu kami harus mencari referensi lewat buku fisik. Sekarang akses informasi lebih mudah. Ketika saya melihat banyak tokoh yang dikutip, itu luar biasa sekali,” puji Rahayu.

Pembedah kedua, Dr. Nor Ismah, peneliti di ARI-NUS, memberikan analisis sosiologis mengenai posisi KOPRI dalam lanskap gerakan perempuan. Menurutnya, buku “Tumbuh Bergerak” menandai fase transisi penting KOPRI menuju networked movement atau gerakan berjejaring.

“Dengan fondasi wacana feminis yang kuat, KOPRI perlu memperluas aksi non-institusional, memperkuat jejaring lintas komunitas, dan menghadirkan tantangan kolektif yang konsisten di ruang publik,” jelasnya.

Nor Ismah juga mendorong kolaborasi KOPRI dengan gerakan perempuan lain seperti Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI), agar mampu menjadi aktor sosial yang berdaya dan berpengaruh lebih luas.

Ketua KOPRI PC PMII DIY, Safira Ahda Fadlina, S.Sos., menutup diskusi dengan menegaskan pesan ideologis buku tersebut. Menurutnya, gerakan perempuan saat ini berada pada persimpangan penting di tengah meningkatnya kekerasan, ketimpangan politik, dan tantangan digital.

Ia menekankan pentingnya inovasi, refleksivitas, serta kesadaran kritis bagi kader perempuan sebagai motor transformasi sosial. “KOPRI mendorong perempuan menjadi subjek perubahan yang mampu membaca zaman, menggugat ketidakadilan, dan menghadirkan praksis gerakan yang inklusif serta berkeadilan,” ujarnya.

Safira juga menegaskan bahwa gerakan KOPRI tetap berakar pada nilai-nilai sosial kemasyarakatan dan tradisi intelektual PMII sebagai landasan perjuangan.

Komentar