Liburan Sekolah telah Tiba: Saatnya Kurikulum Keluarga Cegah Anak Kecanduan Gadget

Opini93 Dilihat

Oleh: Muhadir Azis

(Dosen UIN PALOPO)

OPINI : Liburan sekolah selalu menjadi momen yang dinanti anak-anak. Namun, bagi sebagian orang tua, ini juga menjadi masa penuh tantangan. Di tengah euforia libur, muncul satu kekhawatiran yang makin menguat dari tahun ke tahun: kecanduan gadget. Anak-anak yang sebelumnya sibuk dengan pelajaran, kini memiliki waktu luang yang panjang dan seringkali tak terarah. Akibatnya, layar hp menjadi “teman” utama mereka sepanjang hari.

Dalam situasi seperti ini, kurikulum keluarga perlu hadir. Jika sekolah telah libur dan guru sedang rehat, maka kini giliran orang tua mengaktifkan peran pendidik sejatinya di rumah. Bukan dengan cara yang kaku atau memaksa, tetapi dengan pendekatan hangat, terstruktur, dan penuh kasih sayang.

Kurikulum Keluarga: Apa dan Mengapa?

Kurikulum keluarga adalah seperangkat nilai, kebiasaan, dan rutinitas yang disusun oleh orang tua untuk membentuk karakter dan perilaku anak di rumah. Ini bukan sekadar kegiatan harian, tapi juga pendidikan seumur hidup yang mencakup pembiasaan ibadah, etika, tanggung jawab, hingga literasi digital.

Jika di sekolah anak-anak belajar melalui mata pelajaran formal, maka di rumah mereka belajar dari keteladanan dan lingkungan. Di sinilah keluarga menjadi sekolah pertama dan utama.

Dalam konteks gadget, anak tidak hanya butuh larangan. Mereka butuh pengganti aktivitas yang bermakna dan menyenangkan, serta teladan yang konkret dari orang tua sendiri.

Ancaman Kecanduan Gadget di Masa Libur

Menurut survei Kominfo tahun 2022, lebih dari 58% anak usia sekolah di Indonesia mengakses internet lebih dari 5 jam per hari, terutama selama liburan. Sementara American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan anak usia 6–18 tahun hanya menggunakan layar maksimal 2 jam per hari.

Studi dari Unicef juga menunjukkan bahwa paparan digital berlebih berdampak pada gangguan konsentrasi, kualitas tidur, hingga meningkatnya resiko sosial pada anak dan remaja
Kecanduan gadget bukan sekadar masalah kesehatan mata atau fisik. Ia juga berdampak pada kesehatan mental, keterampilan sosial, bahkan kemampuan konsentrasi dan pengendalian diri anak. Anak menjadi mudah marah, sulit fokus, dan enggan bersosialisasi di dunia nyata.

Peran Aktif Orang Tua: Membangun Kurikulum Keluarga

Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan orang tua dalam membangun kurikulum keluarga selama liburan sekolah, agar anak terhindar dari jebakan kecanduan gadget:

1. Susun Jadwal Harian Bersama Anak
Libatkan anak dalam membuat jadwal aktivitas harian: bangun pagi, waktu ibadah, membaca buku, bermain di luar rumah, membantu pekerjaan rumah, dan waktu istirahat. Jadwal ini memberi struktur dan arah selama liburan.

2. Batasi Penggunaan Gadget dengan Aturan yang Disepakati
Buat kesepakatan waktu penggunaan gadget, misalnya 1–2 jam per hari. Gunakan aplikasi parental control jika perlu. Pastikan semua anggota keluarga mengikuti aturan ini, termasuk orang tua.

3. Ciptakan Aktivitas Alternatif yang Menarik
Ajak anak berkebun, membuat kerajinan tangan, memasak, bersepeda, atau menjelajah alam sekitar. Liburan adalah waktu terbaik untuk memperkuat ikatan emosional lewat kegiatan nyata bersama keluarga.

4. Kembangkan Minat dan Bakat Anak
Liburan bisa dimanfaatkan untuk kursus singkat, pelatihan kreativitas, atau belajar skill baru: menggambar, menulis, bermain musik, atau hafalan Al-Qur’an.

5. Jadilah Teladan dalam Penggunaan Gadget
Anak meniru. Jika orang tua selalu memegang ponsel di rumah, jangan harap anak akan patuh pada batasan layar. Kurikulum keluarga dimulai dari kebiasaan orang tua sendiri.

Liburan adalah masa istimewa. Jika tak diisi dengan nilai, ia akan dipenuhi oleh layar. Oleh karena itu, orang tua perlu melihat masa libur sebagai kesempatan emas membentuk karakter anak. Jadikan rumah sebagai ruang belajar yang menyenangkan dan bernilai. Kurikulum keluarga bukan konsep idealis, tapi kebutuhan riil zaman digital.

Seperti kata Ali bin Abi Thalib, “Didiklah anakmu sesuai zamannya.” Dan zaman ini menuntut orang tua untuk cerdas, adaptif, dan hadir sepenuhnya di tengah anak-anaknya bukan tergantikan oleh layar.

Liburan sekolah jangan diserahkan sepenuhnya pada layar. Ketika sekolah berhenti mengajar, kurikulum keluarga harus mulai bekerja. Karena pendidikan terbaik tidak lahir dari kurikulum negara, tetapi dari keteladanan dan kehangatan yang tumbuh di ruang keluarga.

Ingat, gadget bisa menyala terang, tapi hanya kehadiran orang tua yang mampu menerangi batin anak.

Komentar