Oleh: Ade Putri Rahayu
Opini- Hari Kartini bukan hanya tentang mengenang sosok perempuan hebat di masa lalu, tapi juga tentang bagaimana kita, perempuan masa kini, bisa melanjutkan perjuangannya di era yang berbeda. Kartini memperjuangkan hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan, dan hari ini, saya merasa punya tanggung jawab untuk memaknai kebebasan itu dengan terus belajar, bersuara, dan berkontribusi.
Di lingkungan kampus, saya melihat masih banyak tantangan yang dihadapi perempuan baik dalam hal kepemimpinan, stereotip, maupun akses yang setara. Maka, Hari Kartini harus jadi momen refleksi: apakah kita sudah cukup adil terhadap perempuan? Apakah perempuan sudah diberi ruang untuk berkembang tanpa dibatasi oleh norma-norma yang bias gender?
Bagi saya, semangat Kartini itu hidup ketika perempuan bisa bebas memilih jalannya sendiri, tanpa tekanan, tanpa diskriminasi. Entah itu menjadi pemimpin, ilmuwan, ibu rumah tangga, aktivis, atau apapun yang penting, kita diberi kesempatan yang sama dan didukung untuk terus maju.
Jadi, Hari Kartini bukan hanya soal bunga dan kebaya, tapi tentang keberanian, suara, dan masa depan perempuan Indonesia.
Sebagai kesimpulan hari Kartini seharusnya tidak hanya diperingati secara seremonial, tetapi dimaknai sebagai panggilan untuk terus memperjuangkan kesetaraan dan kebebasan bagi perempuan di segala lini kehidupan. Perjuangan Kartini belum selesai, dan kini giliran kita perempuan masa kini untuk melanjutkannya.
Dengan pendidikan, suara yang lantang, dan keberanian untuk menentukan pilihan hidup, kita bisa mewujudkan masa depan yang lebih adil dan inklusif bagi perempuan Indonesia.
Komentar