Idul Fitri selalu menjadi momen penuh kebahagiaan, di mana keluarga berkumpul, saling memaafkan, dan merayakan kemenangan setelah sebulan berpuasa. Namun, bagi sebagian orang, kebahagiaan itu terasa kurang lengkap. Rindu yang menggebu tak bisa terwujud dalam pelukan atau obrolan hangat. Hanya doa dan Al-Fatihah yang dapat dikirimkan kepada orang tua yang telah lebih dulu berpulang.
Ketika gema takbir menggema, ingatan tentang sosok yang dulu menyambut Idul Fitri dengan senyum hangat kembali hadir. Ada kursi kosong di meja makan, ada suara yang tak lagi terdengar dalam perbincangan keluarga. Hati yang sepi mencoba mengisi kekosongan itu dengan kenangan, dengan untaian doa yang tulus.
Rindu kepada mereka yang telah tiada memang tak bisa terbayarkan dengan kebersamaan fisik. Namun, Islam mengajarkan bahwa doa anak yang saleh menjadi salah satu amalan yang tak terputus bagi orang tua yang telah berpulang. Maka, di hari kemenangan ini, meskipun tangan tak dapat menggenggam, hati tetap bisa terhubung dalam untaian Al-Fatihah yang tulus.
Bagi siapa pun yang merasakan kehilangan, ketahuilah bahwa kasih sayang orang tua tak pernah benar-benar hilang. Mereka tetap hidup dalam setiap doa, dalam setiap kebaikan yang kita teruskan. Idul Fitri bukan hanya soal berkumpul secara fisik, tetapi juga tentang mengenang dan mendoakan mereka yang telah lebih dulu pergi.
Di hari yang suci ini, mari jadikan rindu bukan sebagai duka, tetapi sebagai kekuatan untuk terus berbuat baik dan meneruskan nilai-nilai yang telah mereka ajarkan. Sebab, rindu yang sebatas Al-Fatihah adalah bukti cinta yang tak lekang oleh waktu.









Komentar