Syahrur Riyadah: Antara Semangat Ibadah dan Potensi Kesalahpahaman

Opini51 Dilihat

Belakangan ini, istilah Syahrur Riyadah mulai ramai diperbincangkan di kalangan umat Islam. Konsep ini merujuk pada peningkatan aktivitas ibadah di bulan-bulan yang tidak termasuk dalam waktu-waktu utama seperti Ramadhan, Dzulhijjah, atau Rajab. Tujuan utamanya adalah memperkuat latihan spiritual dan fisik agar semakin mendekatkan diri kepada Allah Swt. Namun, muncul pertanyaan: apakah Syahrur Riyadah benar-benar memiliki dasar dalam ajaran Islam, ataukah hanya fenomena baru yang berkembang di tengah masyarakat?

Dari sudut pandang positif, Syahrur Riyadah dapat dilihat sebagai bentuk kesungguhan dalam beribadah. Islam memang mengajarkan pentingnya menjaga konsistensi dalam ibadah, tidak hanya pada bulan-bulan tertentu. Jika praktik ini mendorong umat untuk lebih sering melaksanakan shalat, puasa sunnah, dzikir, dan berbagai amalan baik lainnya, tentu hal ini patut diapresiasi sebagai upaya memperkuat hubungan dengan Allah Swt.

Namun, perlu diwaspadai jika Syahrur Riyadah mulai dianggap sebagai ibadah dengan aturan khusus yang wajib diikuti, padahal tidak memiliki dasar yang kuat dalam al-Qur’an dan hadis. Islam mengajarkan bahwa setiap bentuk ibadah harus memiliki landasan yang jelas, dan menciptakan aturan baru dalam beribadah tanpa tuntunan dari Rasulullah saw. dapat berisiko menjadi sebuah inovasi yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Sebelum mengikuti tren seperti ini, penting bagi kita untuk tetap berpikir kritis: Apakah praktik ini benar-benar selaras dengan ajaran Islam? Apakah ini sekadar dorongan untuk lebih giat beribadah atau justru menciptakan ritual baru yang tidak diajarkan oleh Rasulullah? Jika niatnya murni sebagai sarana meningkatkan ketakwaan tanpa menambah aturan baru dalam agama, maka tidak ada salahnya. Namun, jika mulai dianggap sebagai kewajiban dengan aturan-aturan tersendiri yang tidak bersumber dari ajaran Islam, maka sudah sepatutnya kita lebih berhati-hati.

Sebagai seorang Muslim, kita diajarkan untuk selalu berpegang pada tuntunan Rasulullah saw, tanpa menambah atau mengurangi esensinya. Yang terpenting adalah semangat kita dalam beribadah harus tetap dilandasi oleh pemahaman yang benar, agar tidak keluar dari prinsip-prinsip Islam. Wallahu a’lam.

Komentar