Tidur dalam Puasa Menemukan Keseimbangan antara Istirahat dan Ibadah

Opini41 Dilihat

Puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga mengajarkan bagaimana mengatur diri dalam menghadapi berbagai tantangan sepanjang hari. Dalam hal ini, tidur sering dipandang dari dua perspektif yang berbeda ada yang melihatnya sebagai bentuk istirahat yang memiliki nilai ibadah, sementara yang lain menganggapnya sebagai tanda kemalasan yang dapat mengurangi makna puasa.

Dalam ajaran tasawuf sendiri, konsep fana’ dan baqa’ menekankan pentingnya, keseimbangan antara aspek duniawi dan spiritual. Fana’ dalam konteks istirahat menunjukkan bahwa tidur bukan sekadar bentuk pelarian dari tanggung jawab, melainkan cara untuk mengistirahatkan tubuh agar dapat beribadah dengan lebih baik.

Di sisi lain, baqa’ dalam ibadah mengajarkan bahwa meskipun seseorang beristirahat, kesadaran spiritual tetap harus dijaga. Jika diniatkan dengan baik, tidur saat berpuasa dapat bernilai ibadah, misalnya untuk menjaga kebugaran agar bisa lebih maksimal dalam menjalankan shalat malam, membaca Al-Qur’an, atau ibadah lainnya.

Namun, jika dilakukan secara berlebihan hingga mengabaikan kewajiban, maka esensi puasa bisa berkurang. Islam selalu menekankan keseimbangan dalam segala aspek kehidupan. Oleh karena itu, tidur selama puasa tidak boleh dijadikan alasan untuk bermalas-malasan, tetapi harus dimanfaatkan sebagai bagian dari perjalanan spiritual yang semakin mendekatkan diri kepada Allah Swt. Tidurlah secukupnya dan gunakan setiap momen di bulan suci ini untuk meningkatkan amal ibadah.

Sebagaimana, firman Allah Swt. yang artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu lupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia; dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang- orang yang berbuat kerusakan.”(QS. Al-Qasas (28):77).

Ayat ini mengajarkan pentingnya keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat. Dalam konteks tidur dan ibadah saat berpuasa, ayat ini memberikan pengingat bahwa manusia harus menjaga keseimbangan tersebut, tetap memenuhi kebutuhan fisik seperti beristirahat tanpa mengabaikan kewajiban spiritual yang harus dijalankan dengan baik.

Dengan memahami konsep ini, seseorang dapat mengatur waktu istirahatnya dengan baik, agar tetap dapat beribadah secara optimal dan menjalani puasa dengan penuh kesadaran di bulan suci ramadhan yang penuh berkah ini.

Komentar