Thaharah: Makna dan Hukum Bersuci dalam Islam, serta Jenis-Jenis Air untuk Bersuci

Pendidikan313 Dilihat

PENULIS: Islah Mutahirra Marding (Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Palopo)

Thaharah berarti bersuci dari hadas dan najis. Bersuci dari hadas meliputi wudhu, mandi, dan tayamum, sedangkan bersuci dari najis mencakup kebersihan tempat, pakaian, dan lingkungan sekitar.

Hukum thaharah adalah wajib, terutama ketika hendak melaksanakan shalat, sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Al-Ma’idah ayat 6:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ ۚ وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا ۚ وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَىٰ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ مِنْهُ ۚ مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَٰكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (المائدة : ٦)

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak melaksanakan shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu hingga siku, usaplah kepalamu dan basuhlah kedua kakimu sampai mata kaki. Jika kamu dalam keadaan junub, mandilah. Jika kamu sakit, dalam perjalanan, atau kembali dari tempat buang air, atau menyentuh perempuan lalu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengannya. Allah tidak ingin memberatkan kamu, tetapi hendak membersihkan dan menyempurnakan nikmat-Nya agar kamu bersyukur.”

Sebelum bersuci, penting untuk memastikan bahwa air yang digunakan memenuhi syarat kesucian karena tidak semua air dapat digunakan untuk bersuci.

Jenis air untuk bersuci dibedakan menjadi tiga:

1. Air suci dan mensucikan (air mutlak): seperti air hujan, air sumur, air laut, air sungai, salju, embun, dan mata air.
2. Air suci tetapi tidak mensucikan (air mustakmal): misalnya air yang terkena percikan wudhu walaupun tidak berubah sifatnya, atau air yang sudah bercampur dengan zat lain seperti teh, kopi, dan air kelapa.
3. Air najis: yaitu air yang sudah terkena najis. Air najis dibagi menjadi dua:
– Air kurang dari dua qullah yang terkena najis meskipun tidak berubah sifatnya.
– Air lebih dari dua qullah yang terkena najis dan mengalami perubahan sifat (warna, rasa, atau bau).

Kehati-hatian dalam memilih air ini bukan hanya berlaku saat bersuci dari hadas tetapi juga saat membersihkan najis pada pakaian atau tempat. Contohnya, lantai masjid yang terkena kotoran hewan harus dibersihkan dengan air mengalir, begitu juga jika pakaian terkena najis, harus disucikan dengan air mengalir terlebih dahulu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *