Nusa-Antara – Jejak langkah yang sunyi menuju summit attack bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan pelajaran hidup yang diam-diam menguji logika, emosi, dan kadang iman. Pendakian selalu dimulai dari satu kesepakatan sederhana: tujuan yang sama, rencana yang sama, dan harapan yang sama (meski stamina sering kali tidak sama).
Langkah demi langkah di setiap pos jalur pendakian mengajarkan satu hal penting: proses tidak bisa dilompati. Setiap tanjakan punya ceritanya sendiri, dan setiap tarikan napas mengingatkan bahwa puncak bukan hanya soal ketinggian, tetapi tentang bagaimana kita sampai ke sana bersama. Di sinilah ego kemenangan puncak perlu di-setel ulang. Jika terlalu kencang, ia bisa membuat kita lupa menoleh ke belakang padahal kawan mungkin sedang bertarung dengan kram, lapar, atau rindu kasur rumah.
Sejatinya, pendaki bukan mereka yang tiba di puncak sendirian lalu berfoto heroik, tetapi mereka yang mampu menjaga ritme kelompok, saling menunggu, dan memastikan semua bisa summit bersama. Karena apa artinya berdiri di titik tertinggi jika yang lain tertinggal di jalur selain foto yang sepi dan cerita yang hambar?
Ada pula etika kecil yang sarat makna: sapa antar sesama pendaki. Senyum, salam, atau sekadar “aman, Bang?” sering kali lebih menyegarkan daripada kopi sachet di ketinggian. Di gunung, satu orang tumbang, semua ikut merasakan. Satu kelelahan, semua menyesuaikan langkah. Berbagi air, berbagi logistik, berbagi semangat itulah solidaritas tanpa perlu seminar motivasi.
Pendakian memang menyiksa. Lutut protes, napas pendek, dan logika sering kalah oleh keinginan menyerah. Namun justru di sanalah maknanya lahir. Kita diajak menyaksikan kebesaran Tuhan, merajut persaudaraan, dan mempererat persahabatan hingga kelak, di usia senja, kisah ini akan diceritakan ulang dengan senyum bangga: tentang puncak, tentang kebersamaan, dan tentang kemenangan yang diukur bukan hanya oleh MDPL, tetapi oleh siapa saja yang berhasil kita bawa pulang dengan selamat.
Karena pada akhirnya, summit terbaik adalah ketika semua bisa turun bersama tanpa ada yang tertinggal, kecuali rasa capek yang berubah jadi kenangan.








Komentar