Menyingkap Makna Tabligh Dalam Metode Pembelajaran Pada (QS. Al-MAIDAH [5]: 67)

Opini718 Dilihat

Penulis: Saep Ubaidillah (Mahasiswa Universitas PTIQ Jakarta)

Opini – Pendidikan merupakan kunci utama membuka pintu kesempatan untuk mencapai sebuah kesuksesan. Pendidikan bisa dibilang sebagai usaha sadar dan terencana dalam membentuk sebuah karakter secara utuh. Dalam kata lain pendidikan bisa juga lahir dari perkembangan bantuan sosial terhadap lingkungan sekitar untuk membentuk sebuah karakter. Menurut KBBI (Kamus besar Bahasa Indonesia) pendidikan adalah suatu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang dengan usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan, sebagaimana proses yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, yang tadinya tidak mengerti menjadi mengerti. Membahas tentang pendidikan ada dua kategori yaitu pendidikan di lingkungan formal maupun informal hal ini erat kaitannya dengan suatu proses belajar dan mengajar, dalam konteks ini yaitu Pendidikan Agama Islam.

Pendidikan Agama Islam merupakan suatu proses edukatif yang mengarah kepada pembentukan akhlak serta kepribadian secara utuh dan juga menyeluruh menyangkut aspek rohani maupun jasmani. Dalam hal inilah peran seorang Guru sangatlah signifikan guna mencapai sebuah tujuan pendidikan yang ideal. Maka Dalam artikel ini penulis tertarik untuk membahas sebuah metode pembelajaran pendidikan dalam perspektif al-Qur’an yang terdapat pada (QS. Al-Maidah [5]: 67).

۞ يٰٓاَيُّهَا الرَّسُوْلُ بَلِّغْ مَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ ۗوَاِنْ لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسٰلَتَهٗ ۗوَاللّٰهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ

Artinya: Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika engkau tidak melakukan (apa yang diperintahkan itu), berarti engkau tidak menyampaikan risalah-Nya. Allah menjaga engkau dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.

Menurut penafsiran Ibnu Katsir Asbabun nuzul pada (QS. Al-Maidah [5]: 67) ayat ini menjelaskan bahwa pada saat itu Allah berfirman kepada hamba dan Rasul-Nya, Muhammad SAW dengan menyebutkan ungkapan “Rasul” dan memerintahkannya untuk menyampaikan seluruh perkara yang dibawanya dari Allah. Selanjutnya, Nabi Muhammad SAW. melaksanakan perintah tersebut dan menjalankan risalahnya dengan sempurna. Sedangkan

Menurut Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbah, mengutip pendapat dari Fakhrudin ar-Razi, menyatakan bahwa terdapat banyak riwayat yang menjelaskan tentang sebab turunnya (QS. Al-Maidah [5]: 67). Namun, yang perlu dipahami adalah bahwa dalam ayat ini, Allah SWT. telah menjamin keselamatan Rasulullah saw. dari tipu daya dan rencana jahat kaum Yahudi dan Nasrani, serta memerintahkan beliau untuk berdakwah secara terang-terangan tanpa memperdulikan kaum mereka.

Ada beberapa penafsiran (QS. Al-Maidah [5]: 67) menurut beberapa Muffasir diantaranya:

  • Dalam tafsir al-Munir yang ditulis oleh Wahbah az-Zuhaili, dinyatakan bahwa ayat ini mengandung jawaban terhadap penilaian orang-orang yang berpendapat bahwa Nabi Muhammad saw. menyembunyikan sesuatu terkait agama dengan maksud taqiyyah (melindungi diri). Di samping itu, ayat ini juga berfungsi sebagai dalil yang menunjukkan kesalahan pandangan yang diajukan oleh golongan ar-Rafidhah.

 

  • Quraish Shihab dalam tafsirnya berpendapat bahwa ayat ini adalah janji dari Allah kepada Nabi Muhammad SAW bahwa beliau akan dilindungi oleh Allah dari gangguan dan tipu daya orang-orang Yahudi dan Nasrani. Thahir bin Asyur juga menyatakan bahwa ayat ini merupakan peringatan kepada Rasulullah untuk menyampaikan ajaran agama tanpa memperhatikan kritik dan ancaman yang ada.

 

  • Dalam tafsir al Azhar, dijelaskan bahwa (QS. Al-Maidah [5]: 67) ini merupakan salah satu ayat yang menunjukkan bahwa Allah tidak pernah memanggil Nabi dengan nama langsung, melainkan hanya dengan sebutan tugas dan jabatannya yaitu يا ايها الرسل . Dengan tegas, ayat ini berisi perintah dari Allah agar segala wahyu yang telah diturunkan oleh-Nya disampaikan kepada umat.

 

  • Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa makna dari kata بَلِّغْ adalah menyampaikan amanah kepada masyarakat secara terbuka. Hal ini disebabkan oleh kekhawatiran Nabi pada awal penyebaran agama Islam terhadap orang-orang musyrik di Mekkah. Kemudian, Allah SWT memerintahkan untuk menampakkan risalah-Nya dengan menurunkan (QS. Al-Maidah [5]: 67). Dan Allah memberitahukan kepada Nabi bahwa akan menjaga keselamatannya.

Berdasarkan pemaparan penafsiran yang telah disampaikan diatas penulis menyimpulkan bahwa sebuah Metode pendidikan Islam harus disampaikan secara Tabligh atau menyampaikan secara terbuka tidak ditutup-tutupi. Kata Tabligh disini bisa juga diartikan menyampaikan Materi dengan dengan seksama tanpa adanya kekurangan. Ini bertujuan agar materi yang disampaikan dapat diterima secara benar dan akurat. Materi yang disampaikan ini diartikan sebagai sebuah Metode Ceramah yaitu penyampaian suatu persoalan dengan berbagai permasalahan untuk mendidik sebuah karakter seseorang yang disampaikan secara lisan.

Komunikasi dalam hal ini berperan penting agar penyampaiannya bisa diterima dengan baik karena akan mempengaruhi perilaku serta kebiasaan pada diri seseorang, hal ini untuk membangun hubungan yang baik tanpa adanya kesalahpahaman yang mungkin saja terjadi pada saat mendidik karakter seseorang. Untuk menciptakan komunikasi yang baik maka yang harus dilakukan adalah pertama, menyesuaikan gaya bicara antara guru dengan murid, hal ini dapat berbeda-beda tergantung pada situasi dan konteksnya. Kedua, seorang guru harus bisa menyentuh hati serta pikiran para murid untuk menciptakan kondisi suasana yang baik agar membentuk karakter seseorang untuk bisa mengembangkan dirinya sendiri.

Mendidik karakter yang baik seorang Siswa sangat penting untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang nantinya akan meningkatkan Integritas seseorang sehingga membentuk perilaku serta sifat yang jujur dan juga bertanggung jawab. Setelah sifat baik itu terbentuk maka hal lainnya dapat membantu meningkatkan produktivitas seorang siswa agar lebih fokus, disiplin serta memiliki motivasi yang tinggi untuk mencapai cita-citanya nanti.

Dari penjelasan singkat tentang ayat diatas, penulis menyimpulkan pentingnya Metode pendidikan untuk membentuk sebuah karakter seseorang, dalam kajian ini al-Qur’an sebagai pedoman juga landasan bagi umat manusia, karena banyak sekali hal penting didalamnya salah satunya membahas tentang Pendidikan. Semoga hal ini dapat menjadikan motivasi khususnya pendidik untuk meningkatkan kemampuan serta keterampilan cara berkomunikasi yang baik dalam mempraktikkan metode pendidikan ini sehingga dapat menciptakan tujuan pembelajaran efektif untuk dapat meningkatkan kesadaran tentang pentingnya melakukan hal baik yang berdampak positif.

 

DAFTAR PUSTAKA

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2009)

Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azhim, (Lebanon : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2008)

Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir Jilid 3 (Juz 5-6), terj. Abdul Hayyie al-Kattani, (Jakarta : Gema Insani, 2016)

M. Qurash Shihab, Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta : Lentera Hati, 2002)

Hamka, Tafsir al-Azhar Juz 6, (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1983)

Al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an (Tafsir al-Qurthubi)

Komentar