Menganalisis Jendela Langit: Menelaah Pandangan Qasim Mathar tentang Islam yang Inklusif dan Realistis

Nasional, Opini78 Dilihat

Oleh, Hamsa, S.Pd., M.Pd.

Opini – Salah satu kekhawatiran, yang sering muncul adalah mengapa suatu agama, yang dipuji sebagai anugerah bagi semua makhluk hidup justru itu dianggap sangat menakutkan, menimbulkan suatu stres, dan bahkan menjadi pembenaran untuk melakukan perang?

Bukankah kita memahami sebuah agama, dianggap sebagai anugerah bagi semua makhluk hidup. mengapa justru fenomen-fenomena seperti ini mudah di amati dan kita temukan di lingkungan tempat tinggal kita sehari-hari?

Maka, cara pandang seperti ini, perlu untuk kita benahi dan dijadikan sebagai refleksi diri dalam bertutur dan bersikap. Melalui tulisan ini akan penulis membantu kita menjawab fenomena-fenomena tersebut.

Secara seksama kita menelaah lebih mendalam konsep dari Prof. Dr. Moh. Qasim Mathar terungkap dalam karyanya Jendela Langit  yang kemudian di analisis lebih lanjut oleh Barsihannor. Buku ini menawarkan sudut pandang baru kepada kita semua, tentang agama yang pada hakikatnya bahwa:

“gama tidak hanya sebagai teks suci, tetapi juga sebagai kaitannya dengan dunia manusia yang begitu kompleks.”

Perspektif Qasim Mathar, tentang homosentrisme adalah salah satu poin utamanya. Baginya, hukum Islam harus didasarkan pada tuntutan masyarakat dan realitas kehidupan manusia itu sendiri, bukan sekedar peraturan yang ketat, sebagai sumber ajaran agama. penerapannya, harus mempertimbangkan konteks sosial budaya dan sejarah, yang senantiasa berubah. Agama akan kehilangan kegunaannya, jika hanya dilihat dari sudut pandang normatif semata, mengabaikan konteks keberadaan manusia di muka bumi ini.

Mathar terkenal karena kritiknya terhadap doktrin agama, yang dianggap benar sendiri dan terbatas. Mathar tidak begitu menyetujui ritual keagamaan, yang ritual hanya menghambat diskusi dan mengabaikan keberagaman.

Melalui tulisan-tulisannya, Mathar mengeluarkan peringatan tentang bahayanya menggunakan agama sebagai senjata politik, pembenaran atas penindasan, atau wahana pertumpahan darah.

Hal ini menunjukkan bahwa keberanian intelektualnya, meskipun pendapatnya seringkali kontroversial. baginya, pendapat merupakan tanda pemikiran yang sehat, dan keberanian yang harus di suarakan.

Pentingnya pluralisme dan nilai-nilai kemanusiaan, juga ditekankan dalam gagasan Mathar, Pola pikir inklusif sangat penting dalam masyarakat multikultural Indonesia saat ini, agar agama benar-benar dapat mewujudkan kebaikan. Berbagai penafsiran Islam sebagai hal, yang lumrah dan patut dihormati. Diamalkan dengan penuh kasih, damai, dan manusiawi adalah contoh nyata ajaran, yang dapat diterapkan sepanjang masa.

Sudut pandang baru ketika membaca “Jendela Langit” karena agama berbicara tentang bumi, tempat manusia berinteraksi dalam segala kompleksitasnya, serta surga yang di idealkan. Agama seharusnya, tetap menjadi sumber inspirasi, bukan sumber perselisihan, menurut Qasim Mathar, Lebih penting dari sebelumnya untuk menghidupkan kembali cita-citanya dalam menghadapi ketidakadilan sosial, semakin cepatnya globalisasi, dan krisis kemanusiaan dari tahun ketahun.

Kini tiba saatnya, kita menjawab seruan itu. Umat beragama perlu memastikan, bahwa:

1. Agama hadir untuk membangun, bukan menghancurkan.

2. Merangkul, bukan menolak.

3. Mengasihi, bukan membenci.

Pesan moril, dalam buku Jendela Langit karya Qasim Mathar ini adalah Islam yang humanis, ramah, dan sejalan dengan perkembangan zaman. lihatlah Islam, melalui jendela (humanisme). Maka, betapa indahnya agama Islam ini. ketika Islam, benar-benar berubah menjadi cahaya kasih dan mengasihi dalam kehidupan sesama manusia, maka hidup akan terasa damai.

Komentar