OLEH: EGAR
OPINI – Ekonomi harus dibangun dari desa ke kota, bukan sebaliknya.
Desa bukan sekadar objek, tapi subjek pembangunan. Basis produksi pangan, sumber daya alam, dan tenaga kerja ada di desa, maka penguatan desa otomatis memperkuat kota.
Salah satu tokoh pemuda telluwanua Egar muhammad menegaskan bahwa pembangunan ekonomi sejatinya harus berakar pada rakyat , bukan menjadi ladang eksploitasi yang memarjinalkan masyarakat lokal. Dalam konteks kehadiran PT Wings, kami mendesak agar perusahaan menempatkan masyarakat sekitar sebagai prioritas utama dalam perekrutan tenaga kerja, distribusi keuntungan, dan pengambilan keputusan.
Sebagaimana Bung Karno menegaskan: “Nasionalisme tidak boleh mati, nasionalisme harus tumbuh dahulu sebelum kita bicara internasionalisme.” Prinsip ini mengingatkan kita bahwa internasionalisme sejati hanya mungkin lahir bila fondasi nasionalisme kokoh—yaitu keberpihakan kepada rakyat sendiri.
Oleh karena itu:
1. Tenaga kerja harus diprioritaskan dari masyarakat lokal—bukan orang luar yang datang dengan membawa intervensi kepentingan.
2. Keuntungan perusahaan harus berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat sekitar, bukan mengalir keluar daerah.
3. Segala bentuk intervensi eksternal yang merugikan rakyat setempat harus ditolak.
Kami berdiri di atas prinsip bahwa rakyat adalah pemilik sah tanah, tenaga, dan kehidupan di wilayah ini. Nasionalisme bukan sekadar slogan, melainkan praktik nyata dalam mendahulukan rakyat sendiri,
Ini juga sejalan terhadap konsep ekonomi mandiri dari Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan (Budiman sujatmico) yang dibentuk dalam struktur pemKepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan, yang dibentuk dalam struktur pemerintahan era Presiden Prabowo Subianto bahwa ekonomi harus dibangun dari desa ke kota.









Komentar